Analysis of Port Congestion in Singapore
Project terbaru Solver Society by Iykra periode bulan Juni s.d. Juli 2021 membawa tema “Global Supply Chain”.
Secara umum, supply chain adalah aktivitas mengatur perpindahan barang antar 2 negara, atau dikenal dengan istilah ekspor-impor. Sejak tahun 2015–2019, aktivitas ini meningkat 10% yang juga diiringi dengan meningkatnya kapasitas kapal sebesar 460% selama 10 tahun terakhir. Proses ekspor impor yang berkembang pesat ini tentu tak luput dari penggunaan jalur laut yang memang secara kondisi geografis, sebagian besar negara di dunia terhubungkan oleh laut. Dan menurut World Economic Forum 2016, Pelabuhan Singapore menempati posisi terbesar kedua berdasarkan volume perdagangannya sebesar 30,9 juta teus.
Group 3 “Tandjoeng Priok” dengan mentor Ardya Dipta mengambil ide research terkait congestion di pelabuhan Singapore serta dampaknya terhadap pelabuhan Tanjung Priok saat pandemi yang terjadi sejak tahun 2020, sehingga dapat membantu para pelaku bisnis untuk memprediksi hal tersebut untuk dapat melakukan pengambilan keputusan bisnis yang tepat.
Langkah awal yang kami lakukan adalah menguji ide research yang terkait isu congestion dengan isu lockdown di Singapore selama pandemi apakah memiliki hubungan yang signifikan atau tidak, dimana apabila tidak memiliki keterkaitan maka mesti dicarikan variabel lain yang mempunyai hubungan yang kuat dalam mempengaruhi congestion yang terjadi di pelabuhan Singapore.
Untuk research mengambil periode 01 Mei s.d. 30 Mei 2021. Hal ini dikarenakan selain kondisi kasus aktif Covid-19 mengalami kenaikan, juga terdapat pengumuman lockdown dari Ministry of Health Singapore pada periode tersebut. Untuk bulan Januari 2021, walaupun terdapat peningkatan kasus aktif covid-19, namun tidak ada pengumuman lockdown dari pemerintah Singapore.
Berikut dapat disampaikan terkait pengertian dari “Time at Port”, “Time at Berth” dan “Time at Achorage”, dimana istilah tersebut dipakai dalam research selanjutnya.
Time at anchorage: secara umum yaitu waktu tunggu kapal menunggu antrian sebelum dipanggil masuk kedalam port.
Time at port: merupakan waktu dari kapal masuk ke port s.d. sandar di dermaga dan waktu yang diperlukan ketika meninggalkan port.
Time at berth: merupakan waktu yang diperlukan dalam proses docking dan undocking ketika sandar di dermaga.
Berikut hasil penelitian awal melalui data yang diperoleh dari “Marine Traffic”, dimana ketika lockdown terjadi terdapat kenaikan Time At Port di pelabuhan dari rata-rata normal 33,56 jam mencapai hingga lebih dari 60 jam.
Ketika lockdown terjadi untuk Time At Port membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan Time At Berth.
Berdasarkan penelitan awal tesebut, kami melakukan pengujian normalitas variabel tersebut dengan menggunakan metode saphiro wilk dikarenakan sample data yang dimiliki tidak banyak. Didapatkan kesimpulan bahwa data tidak terdistribusi normal karena nilai p lebih kecil dr 5%.
Berdasarkan hasil pengujian normalitas sebelumnya, maka untuk pengujian signifikansi hubungan antara congestion dengan lockdown, kami menggunakan metode wilcoxon test. Dengan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh signifikan antara peraturan lockdown dengan congestion port di Singapore.
Selain itu, kami juga melakukan pengujian hubungan antara time at port dengan terminal & berth, dimana kapal di Singapore anchorage memiliki rata-rata time at port yang lebih tinggi dibandingkan kapal di terminal lain. Khususnya kapal-kapal yang bersandar di berth WOPL,AVLCC dan ARAFR.
Kami menemukan korelasi, dimana semakin besar bobot vessel maka semakin besar pula time at port.
Dan terbukti kapal tipe ULCV membutuhkan waktu lebih lama di port dibandingkan kapal yang lain.
Langkah selanjutnya setelah ditemukan hubungan yang signifikan antara congestion dan lockdown yaitu melakukan modelling untuk memprediksi apakah akan terjadi Congestion di port Singapore dan memprediksi Time At Port.
Congestion Prediction
Memprediksi apakah akan terjadi congestion dalam 3 hari ke depan, berdasarkan data yang ditarik sampai dengan 24 jam terakhir.
Data History Port Congestion bersumber dari Marine Traffic. Port diklasifikasikan terjadi Congestion jika (Median Time At Anchorage + Median Time At Port) > 2 hari.
Time at Port Prediction
Memprediksi time at port ketika terjadi congestion dan lockdown. Namun, akurasi model masih perlu ditingkatkan dimana RMSE yang dicapai adalah 7–8 jam. Model memprediksi kurang baik ketika time at port berada di bawah 15/10 jam dan ketika time at port berada di atas 40 jam. Sehingga membutuhkan data terakhir 24 jam dan tambahan informasi dari sumber data lain yang mempengaruhi Time At Port selain data dari Marine Traffic.
Berikut merupakan list variabel yang mempengaruhi time at port, dimana Kapasitas kapal sangat mempengaruhi lama kapal berada di Port.
Average Time Travelled from SIN to JKT by Vessels
Berdasarkan prediksi yang dilakukan diatas, kami melakukan perhitungan rata-rata perjalanan kapal dari Singapore ke Jakarta dengan mengambil nilai median lama perjalanan dari Port Singapore ke Jakarta adalah 24 Jam.
Sehingga berdasarkan perhitungan time at port di singapore + lama perjalanan dari singapore ke jakarta, maka kapal akan tiba di Jakarta dalam waktu 80–100 jam sejak tiba di Singapore.
Pada akhirnya, research yang telah dilakukan menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
- Kapasitas kapal mempengaruhi lama waktu kapal berada di Singapore Port. Sementara, lockdown mempengaruhi congestion yang terjadi di Singapore.
- Lama waktu sandar kapal di Singapura mengalami peningkatan ketika lock down terjadi, dengan rata-rata dari selama 33 jam ketika waktu normal menjadi 60–80 jam.
- Kapal akan tiba di Jakarta dalam waktu 3–5 hari sejak kapal sandar di Singapore apabila terjadi congestion.
Rekomendasi kami untuk shipping liner, yaitu:
- Agar melakukan pergantian rute (change of route) atau port omission study apabila pemerintah Singapura mengumumkan lockdown atau terjadi congestion.
- Agar menggunakan kapal dengan kapasitas yang lebih kecil dengan durasi waktu di Port lebih sedikit, untuk mengurangi beban di Port Singapore. Namun, untuk penyediaan barang yang memiliki jarak tempuh yang jauh, tipe kapal ULCV masih dapat dijadikan sebagai pilihan.
Rekomendasi kami untuk supply chain planner, yaitu:
- Agar melakukan penyesuaian planning pengiriman barang 3–5 hari semenjak ETA kapal di Jakarta diumumkan oleh shipping liner ketika lockdown terjadi.
- Agar merencanakan untuk penyediaan stock barang di gudang hingga 5–7 hari ke depan dalam mengantisipasi congestion yang terjadi karena pengumuman lockdown.
Akhir kata, mudah-mudahan research ini dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis khususnya yang ada di Tanjung Priok yang mengimpor barangnya melalui pelabuhan Singapore.
Research ini merupakan hasil karya group 3 terdiri dari mba Christina (leader project), pak Singgih (the man behind the data analytics), mba pratiwi dan mas dimas (data gathering, pre-processing dan visualization) dan saya (ihsan). Terima kasih atas kerjasamanya selama 1 bulan ini.